Awalnya
bingung mau nulis apa sebab udah lama juga gak nulis lagi. Terakhir kali nulis
itu ada diedisi #032, akhir tahun lalu. Udah cukup lama dari target yang harusnya
satu bulan sekali diagendakan, tapi akhirnya susah untuk diwujudkan, ya gak
apa-apa lah yang penting masih berusaha.
Diawal-awal sempat bingung lagi, kira-kira mau ngangkat tema apa sebab tulisan sebelumnya momennya bagus, yaitu soal drama jelang hajatan besar negeri ini. Nah, kalo sekarang momennya tuh sebetulnya ada juga sih, pasca pemilihan umum, tapi keknya udah keburu males bahas gitu-gituan lagi, tapi yaaa nanti nyerempet tipis-tipis ke situ gak apa-apa.
Gimana
kalo kita mulai dengan pertanyaan aja, begini: Apa
sih manusia modern itu? Apakah dia yang meletakkan etika di atas segalanya? Ah engga engga, gak mungkin, kenyataannya
sekarang banyak masyarakat yang sebel ngeliat adanya perilaku menyimpang yang udah
jelas-jelas dan nyata itu salah, eeeeeeh tapi malah bisa bebas alias lolos gitu
aja karena katanya prosedural formal hukum yang gak memadai. Atau
karena kemampuan peradilan yang gak mampu menyentuh orang-orang yang memiliki
power?
Tapi
kalo dipikir-pikir, ini mirip ya sama tingkah laku kepemimpinan hari ini, yang
dimana udah banyak kegilaan yang dilakukannya hingga kita sebagai rakyat cuma
bisa geleng-geleng kepala tak berkesudahan.
Padahal kita udah tau bahwasannya
sejak dari dulu Tuhan udah mengutus salah satu Nabi atau
Rasul pilihan-Nya untuk
memperbaiki moral atau akhlak masyarakat yang kala itu dinilai udah gak sejalan
dengan hakikat manusia itu sendiri. Kenapa demikian, sebab para pemimpinnya dan masyarakatnya melakukan yang namanya penyimpangan.
Nah, kita disuruh belajar dari situ.
Pertanyaannya masih sama. Apa sih manusia modern itu? Apakah
dia yang memanfaatkan IPTEK hanya untuk meningkatkan jumlah produksi tanpa
batas, juga mengeksploitasi bumi dan memperbudak manusia? Apakah dia yang
selalu manut dengan setiap perintah yang diberikan oleh atasannya? Apakah dia yang
memanfaatkan IPTEK hanya untuk memenuhi hasrat keserakahannya? Apakah dia yang
banyak menguasai berbagai macam bidang sains? Ditambah lagi di era sekarang
yang banjir akan informasi dimana-mana, dan seolah-olah manusia menjadi mahluk
yang paling bener dibalik layar gawai dan papan ketiknya itu.
Apa itu manusia modern? Apakah dia yang
disebut sebagai generasi sandwich? Generasi yang harus menanggung hidup orang tuanya, anaknya, dan
dirinya sendiri. Selain itu, dia juga yang harus bertanggung jawab pula dengan
urusan orang tuanya, orang yang dituakannya, dan juga dirinya sendiri?
Manusia modern itu apa sih? Apakah dia yang memiliki
rasa cinta seperti cintanya Layla-Majnun? Dalam kisahnya, laki-laki bernama
Majnun itu sedang dimabuk asmara oleh Layla, seorang perempuan yang
dicintainya, namun cinta mereka terhalang oleh restu orang tua, lantas Majnun
menjadi stres dan gila bahkan kehidupannya udah kalang kabut akibat cinta yang berlebihannya itu. Bahaya
sih emang.
Tapi dari kisah ini kita bisa belajar, yaitu sikap kesetiaan yang ikhlas,
juga tentang ketabahan dan keteguhan hati, lalu bagaimana belajar tentang
menyikapi sebuah takdir atau ketentuan Tuhan, dan memaknai kehidupan yang
mendalam. Yaaa semoga kita bisa terhindar dari
pemahaman yang salah tentang cinta. Apalagi cinta kekuasaan.
Opo wong modern iku? Apakah dia yang bisa mengenyam pendidikan di
kota? Apakah dia yang bersekolah
di gedung yang bagus serta tinggi, seragam yang keren, fasilitas yang okeh,
serta bayaran SPP jutaan tiap bulannya yang kemudian berasumsi menganggap
mereka yang berpendidikan di desa sangatlah terbelakang darinya?
Eh tapi, kenyataannya
zaman udah berubah,
makin kesini pendidikan udah saling terbuka
deng. Kini yang dibutuhin
bukan cuma kecerdasan sempit alias satu dimensi aja, melainkan juga serangkaian
kemampuan kompetensi yang holistik.
Terakhir, Apa sih manusia modern itu? Bentar, masih inget gak sama kisah Rasul atau Nabi
Muhammad SAW., yang kala itu melakukan hijrah ke suatu daerah yang dimana padahal
disitu masih ada salah satu keluarga dekat dari Rasulullah SAW., singkat cerita
setelah Rasul berhasil menemuinya, lalu memberikan nasihat-nasihat terbaiknya
eh tapi malah pada akhirnya respon masyarakat disitu amatlah buruk. Mereka
marah, mencaci maki, lalu mengusirnya, bahkan Rasulullah
SAW. mendapat ancaman akan
dibunuh. Lebih parahnya lagi masyarakat (Thaif) melempari Rasul dengan menggunakan batu lalu mengenai salah satu bagian
tubuhnya dan terluka. Sungguh perilaku yang sangat menyimpang.
Pada posisi terjepit ini, Malaikat
Jibril mencoba melamar, merayu, menawarkan sekaligus meminta untuk memohon
supaya Rasulullah SAW. meminta kepada Allah untuk menghancurkan masyarakat
Thaif dengan cara meledakkan beberapa bukit, sehingga bebatuan di bukit itu dapat
menjatuhi masyarakat Thaif. Tapi justru Rasulullah SAW.
lebih memilih bergeming, karena emang bukan itu respon yang beliau pengen. Malahan
Rasul justru memilih untuk mendoakan masyarakat Tahif supaya dikemudian hari
ada diantara keturunan Thaif yang beriman, dan doa itu benar-benar terkabulkan.
Dari peristiwa Thaif ini, kita bisa belajar gimana sebegitu hebatnya logika atau pola pikir Rasul dalam memutuskan apa-apa yang seharusnya, bahkan sekaliber Malaikat Jibril aja engga mampu menjangkau logika dari pada Rasul tersebut. Atau mungkin juga Rasulullah SAW. sendiri mampu menjangkau logika Allah SWT. (?) Apa seharusnya begini ya manusia modern itu???
Suwun….
0 komentar: