Belom telat kan ya? Mumpung hawanya masih tahun ajaran baru nih hehe....

 Semarak Tahun Ajaran Baru 

Iyap tahun ajaran baru untuk dunia pendidikan kali ini (2022-2023) disambut dengan begitu semarak alias meriah oleh para orang tua, anak-anak, guru, ibu kantin, penjaga sekolah, ibu koperasi, tukang jajanan sekolah dan masih banyak lagi. Maklum sebab kurang lebih 1-2 tahun kemaren situasi pandemi masih belom terkendali dan ditambah lagi kebijakan dari pemerintah yang masih belom membolehkan sekolah tatap muka kala itu.

Et tapi, alhamdulillah di tahun ajaran baru kali ini kondisi pandemi berangsur-angsur membaik serta terkendali, ditambah lagi kebijakan dari pemerintah yang mulai membolehkan sekolah untuk tatap muka kembali yaa meskipun masih harus menerapkan yang namanya prokes.

Ohiya, seperti biasa disaat awal masuk sekolah atau tahun ajaran baru kek gini, para orang tua pastinya udah pada nyiapin yang namanya seragam buat anaknya, nyiapin buku-bukunya, sepatunya juga, tasnya, alat tulisnya dan atribut lainnyaaaa wess lah joss poko e. Itu semua (mungkin) dilakukan supaya anak-anaknya ngerasa seneng alias hepi ketika kembali ke sekolah, ditambah lagi bersyukur banget bisa ke sekolah setelah pandemi kek ginih weees tambah sumringah gak tuh.

Tapi menurutku, ada hal yang jaaaaauh lebih penting ketimbang harus nyiapain tas baru, sepatu baru, buku baru ditahun ajaran baru ini, yaitu bagaimana orang tua atau bahkan guru sekalipun harus lebih dulu nyiapin yang namanya “kondisi anak” sebelum mereka kembali ke sekolah. Kek misal liat kondisi psikologisnya. Dalam hal ini menurutku lebih kepada bagaimana cara mereka beradaptasi. Sebab anak yang terbiasa di rumah tentu akan mengalami situasi yang berbeda ketika harus bertemu dengan temen-temennya dan gurunya di sekolah, apa lagi kurang lebih 1-2 tahun kemaren belajarnya di rumah. Nah makannya menurutku harus ada yang namanya komunikasi kolaboratif yang dilakukan antara orang tua dan guru.

Selanjutnya, menghidupkan dan membiasakan kembali nilai-nilai sosial yang ada. Ketika anak kembali ke sekolah tentunya ada kebiasaan-kebiasaan yang mungkin sempat mereka lupakan, keliru, atau bahkan tidak tau sama sekali, nah disinilah peran bernama internalisasi dijalankan kembali. Ohiya, dalam upaya meng-internalisasikan nilai-nilai sosial ini jangan hanya sebatas doktrin atau dogma aja ya, tapi kudu dipraktekkan secara langsung sesuai dengan visi, misi, ataupun tujuan sekolah itu sendiri.

Setelah tadi terlebih dahulu ngeliat kondisi anak lewat adaptasinya, lalu bagaimana mereka mulai terbiasa kembali dengan pembiasaan-pembiasaan yang baik, maka anak dengan sendirinya akan terbentuk suatu pengembangan karakternya. Jelas untuk bisa masuk ke tahap ini anak tentu membutuhkan waktu dan melewati proses yang panjang, jadi gak instan gitu aja.  

Terakhir, harapannya sih nantinya goal yang terjadi yaitu anak-anak memiliki kemampuan untuk menilai dirinya dan merefleksikannya. Ini yang susah sumpah dah, sebab menurutku ini makrifat yang paling tinggi sih wkwkwk. Padahalkan refleksi itu penting loh, karena dengan memiliki kemampuan refleksi nantinya mereka gak akan mudah terombang-ambing di tengah kehidupan yang semakin dag dig dug ser ini. Dengan memiliki kemampuan refleksi mereka nantinya akan tau apa yang dimaunya dan juga tau akan visi, misi dalam hidupnya mau ngapain aja terserah lah pokoknya. Wis lah suwun, semoga bermanfaat...

Ohiya khafaratul majlis dulu jangan lupa.

 

 

 

 

Previous Post
Next Post

post written by:

Ada pepatah bilang begini : tak kenal maka tak sayang. Oleh karenanya marilah kita saling kenal untuk saling sayang, preet!

0 komentar: