Perhatian, tulisan di bawah ini (mungkin) masih ada hubungannya dengan tulisan #027 sebelumnya.
Ngomongin soal pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) emang selalu menarik sih sumpah dan engga ada habisnya, lebih-lebih bisa buat penasaran banyak orang. Entah gimanah nanti proses perencanaannya, gimanah nanti proses perancangannya, juga pelaksanaannya.
Kita semua tentu tau dan sadar kalo pembangunan dan pemindahan IKN ini adalah suatu megaproyek yang sangat sangat super wow sebab nantinya IKN akan menjadi salah satu pusat pemerintahan dan juga pusat kekuasaan politik (koreksi kalo salah). Oleh karenanya megaproyek sebesar ini dibutuhkan yang namanya kecermatan, dibutuhkan langkah atau keputusan yang hati-hati, juga dibutuhkan suasana kondisi politik-ekonomi yang bagus.
Lebih lanjut mengapa demikian? Karena megaproyek tersebut bersifat penuh dengan ketidakpastian. Megaproyek tersebut juga bersifat penuh dengan kerentanan, dan sangatlah rumit alias gak gampang loh ngebangun sistem urban kek ginih tuh. Makannya disebut megaproyek berskala besar dan punya resiko yang besar pula.
Tapi tetap ada kok sebagian orang yang optimis akan keberhasilan dari megaproyek tersebut, tapi ada juga sih sebagian orang yang pesimis terkait IKN ini. Nah menarik nih, dari beberapa kelompok orang yang ada, tanpa sadar ternyata udah pada bisa loh ngeprediksi hasil akhir dari megaproyek IKN ini, keren.
Ngomongin soal IKN, itu boleh-boleh aja sih kita prediksi buat ke depannya nanti gimanah? Ya asalkan ngeprediksinya berdasarkan data yang ada, juga bisa ngeliat faktor lain kek kapasitas dari teknokrasinya itu nanti gimanah, faktor finansialnya juga, dan suasana perpolitikannya. Yaaa seengganya ada empat (4) prediksi lah yang akan dibahas di sini, begini:
Prediksi pertama, hasil akhir IKN sangatlah a fulfilled dream bangetlah alias berhasil, sukses, sesuai dengan apa yang dimimpikan selama ini. IKN berhasil dibuat dan diselesaikan secara gemilang joss. Yang mana didalem kotanya itu cantik, bersih, nyaman, berwibawa, asri, sejuk, bisa menjadi simbol peradaban, dan jadi kebanggaan masyarakat Indonesia dong pastinya.
Prediksi kedua, hasil akhir IKN sangatlah a city of mediocre. Dengan kata lain IKN ini pembangunannya selesai tapi hasilnya jauh bet dari kata sempurna. Yang mana didalem kotanya itu ada banyak bangunan-bangunan pemerintah yang kering akan inspirasi serta identitas. Belum lagi ruang-ruang urban yang sangat hampa dari kehidupan sosial-budayanya. Ini seperti IKN yang ada di Brasilia (koreksi lagi kalo salah) yang mana awalnya dibangun atas nama modernisme tapi berakhir dengan kekecewaan masal.
Prediksi ketiga, hasil akhir IKN sangatlah a ghost town. Artinya adalah IKN gak berhasil diselesaikan dengan tuntas tapi udah bisa menyandang status ibu kota, waduh bahaya nih sebab nanti bisa aja didalem kotanya itu masih banyak persoalan akan sarana prasarana fasilitas umumnya, lalu infrastrukturnya juga yang mana nanti malah ngebuat orang-orang ora mau lagi pindah ke IKN.
Kalo udah ginih, dampaknya nanti kepemerintah bisa dicap gagal loh buat ngelakuin yang namanya migrasi secara penuh, dan lagi-lagi IKN akan dicap gagal menjadi kota yang menghasilkan spirit komunitas. Nanti yang ada malah gedung-gedung, jalan-jalan besar yang kosong melompong doang. Udah kek kota Naypydaw aja nih yang katanya sebagai kota hantu (koreksi lagi kalo salah).
Prediksi keempat, ini adalah prediksi terburuk, istilah kerenya itu unfinished business. Prediksi ini paling ditakutin sama semua orang termasuk sih penggagas ide ini. yang mana IKN ini bener-bener gagal menjadi yang namanya sebuah kota. Belom lagi pengerjaan megaproyek ini berlangsung dalem waktu yang pendek hingga akhirnya terhenti ditengah jalan dan gak pernah selesai sama sekali.
Kalo udah ginih, yang keliatan hanya kerangka-kerangka bangunan yang belom jadi, jalan raya yang masih berdebu serta berlobang belom diaspal, udah kek monumen mangkrak aja yang bikin malu yang kaya di sana tuh, eh.
Nah dari prediksi-prediksi di atas, mana nih prediksimu? Hehehe....
Jangan lupa khafaratul Majlisnya
Referensinya dari: tulisan Sulfikar Amir, yang ada di kolom opini surat kabar harian Media Indonesia, terbitan tanggal 29 September 2022.
0 komentar: