#020 : di tempat mu (udah) Demokrasi kah atau (masih) Otoritarianisme ?

Tulisan ini sengaja dibuat, dan mungkin masih ada sangkut pautnya sama tulisan #021 sebelumnya. Oh iya judul di atas merupakan sebuah pertanyaan dan pastinya akan coba dijawab di akhir tulisan ini kalo memungkinkan ya.

Demokrasi atau Otoritarianisme ?

Tentu kita udah pernah denger sekaligus akrab sama yang namanya Demokrasi atau Otoritarianisme. Untuk mengelola suatu kelompok atau organisasi kira-kira nih bagusnya pilih model Demokrasi atau Otoritarianisme?  Nah, sebelum dijawab ada baiknya kita sama-sama tengok ke belakang dulu kenapa sih harus ada Demokrasi atau Otoritarianisme ini. 

Demokrasi ataupun Otoritarianisme ini adalah bagian dari produk yang dibuat oleh manusia itu sendiri. Lagi-lagi sistem (Demokrasi atau Otoritarianisme) yang dibuat oleh manusia ini gak lain dan gak bukan hanya untuk memecahkan masalah manusia itu sendiri pastinya, dan kalo misalnya gak bisa buat mecahin masalah atau ngasih solusi ya ngapain juga dibuat dengan serumit atau sekomplek ini, ya gak sih.

Nah, untuk memilih model mana yang baik antara Demokrasi atau Otoritarianisme, kita perlu liat dulu nih beberapa pembahasan diskusi berikut:

Konteksnya

Kalo konteksnya sama-sama ingin mengatur usaha manusia supaya bisa menata sistem agar sekumpulan manusia lebih baik lagi, lebih maju lagi, atau dengan kata lain ingin menciptakan kestabilan kelompok (bisa level keluarga, masyarakat, sekolah, dan lain-lain). Contohnya: ruangan ini cocoknya untuk apa ya? Untuk kelas kah? Kantor kah? Atau kita rembug bareng dulu dah? Nah ini kan dengan sendirinya akan ada bumbu-bumbu Demokrasi atau Otoritarianisme yang berjalan didalemnya terkait penentuan ruangan tersebut.

Untuk dapet bisa lebih baik dan maju lagi, setiap kelompok atau organisasi dibutuhkan yang namanya kestabilan sebagai kebutuhan dasarnya. Kalo gak stabil, saling keras kepala sendiri yaaa udah gak bisa maju. Sebab dari kestabilan akan lahir yang namanya inovasi, gagasan, kemajuan, lalu bisa juga untuk memecahkan masalah, dan sebagainya. Lebih lanjut lagi, untuk menciptakan kestabilan ini kan gak gampang, meskipun kita udah ditawarin loh mau pake sistem Demokrasi kah atau Otoritarianisme.

Konsepnya

Dari konteks lanjut ke konsep. Gampangnya begini: untuk ngebuat kelompok atau organisasinya terus stabil, berarti harus ada yang namanya kepercayaan yang dipegang secara bersama-sama. Kepercayaan ini harus dong dijadiian tiang pancang, acuan, pedoman, pegangan, kalo seandainya ketika nantinya ribut-ribut maka ada jangkar atau pedoman di belakangnya yang ngingetin, sehingga pada akhirnya keributan tadi ada titik temunya loh.

Selain itu, konsep dari Otoritarianisme mungkin sebagian besar dari kita keknya udah banyak yang tau, dimana sistem ini bersandar kepada satu orang yang dianggep jauh lebih tau dari pada yang lainnya. Sehingga yang lain kudu manut wae, sebab dia yang paling pintar, dia yang paling deket sama tuhan, dia yang paling tau soal hukum, dia yang bisa ngeliat masa depan, dia yang paling sakti pokoknya mah, dan sebagainya. Makannya sistem ini bisa melahirkan tatanan tersendiri. Btw sistem ini juga keknya ada yang aneh ya, kek ada jarak di dalemnya, jarak satu orang dengan yang lainnya.

Justru sistem Otoritarianisme ini sangat relevan ketika dipake pada saat era kelangkaan informasi. Dulu waktu kita masih kecil atau masih SD, guru selalu ngajarin pelajaran dengan sistem paket (ada ipa, ips, mtk, dan lain-lain), guru selalu lebih banyak menjelaskan dan peserta didik mendengarkan. Ini dilakukan supaya informasi yang langka tadi bisa tersebar atau tersampaikan dengan mudah. Dengan kata lain sistem Otoritarianisme ini jadi masuk akal kala itu.

Nah untuk konsep Demokrasi sendiri mungkin aja lahir dari adanya jarak yang ada di-Otoritarianisme. Ketika jarak yang tadi mulai bergerak mendekat, kan bisa aja ya, ditambah lagi pasti ada nih beberapa orang yang menolak untuk manut-manut wae dan berpikir begini: loh saya kan juga punya pendapat soal ruangan ini kok gak didengerin sih, misal wkwk.... Dan kelompok orang yang tadi juga berpikir begini: engga mungkin ada sebuah sistem yang komprehensif untuk semua orang yang dibangun cuma dari satu kepala orang aja.

Kelompok orang yang tadi juga masih berpikir begini: bahwa satu orang (Otoritarianisme) pasti punya yang namanya kekurangan, kelemahan, ketidaktahuan, sehingga butuh yang namanya kumpulan banyak orang untuk menentukan arah kebijakan bersama. Nah sistem ini dikasih nama Demokrasi. Dari orang banyak, oleh orang banyak, untuk orang banyak.

Logikanya atau Fisiknya

Demokrasi, bagaimana semua orang bisa memutuskan secara efektif terhadap arah suatu kelompoknya? Kita tau kalo rembug banyak orang itu udah pasti engga efektif, dalam artian butuh waktu yang panjang. Dalam sistem ini juga lahirlah yang namanya wakil rakyat. Berbeda dengan Otoritarianisme yang kek raja misalnya, itu dia cuma membutuhkan waktu singkat untuk membuat keputusan. Atau dia punya konsep darah biru, berarti yang boleh menjadi penerusnya adalah dia yang dari anaknya atau keluarganya.

Tentu yang namanya Demokrasi atau Otoritarianisme sama-sama punya kelebihan dan kekurangannya, jangan lupa:

Demokrasi, pada level gagasan, sistem ini sangat bagus soalnya semakin banyak orang yang berpikir atau berdiskusi di dalemnya untuk kemajuan bersama itu sangat baik. Nah kekurangannya yaitu orang  yang berdiskusi itu apakah bener-bener orang yang terbaik dari kelompoknya? Sebab kalo proses pemilihannya berdasarkan kesukaan, bukan ngeliat dari kapabilitasnya, kemampuannya, dan lain-lain takutnya nanti malah terjadi manipulasi demi mendapatkan seolah-olah suara rakyat. Kalo udah dapet suara rakyat jadi deh wakil rakyat. Nah kalo udah jadi wakil rakyat, bukannya melakukan pertarungan untuk memajukan kelompok atau organisasinya eh dia malah bertarung untuk memenangkan dirinya di dalam kelompoknya. Efek jangka panjangnya nanti bisa hancur loh kelompok atau organisasinya, kalopun maju yaaa majunya dikit-sedikit. Sebab peran utamanya adalah pengen mengalahkan musuh, bukan mengalahkan masalah.

Nah kalo Otoritarianisme. Misal kerajaan, kalo rajanya bener-bener kompeten, terbuka, dia mau dengerin pendapat para ahli, dia bisa menyambungkan konsep-konsep yang berbeda, ini bisa menjadi sistem yang maju dan hebat loh. Tapi kalo yang dipilih di dalem kerajaannya itu orang-orang yang isi kepalanya gak kompeten, gak terbuka, gak matang itu yaaa sama aja bisa hancur.


Nah sekarang kita juga gak bisa ngomong kalo Otoritarianisme selalu buruk, sedangkan Demokrasi selalu baik, karena dua-duanya itu tadi ada titik baik dan buruknya, dua-duanya punya turunan penjelasan yang banyak. Lalu gimanah kalo ada klaim yang mengatakan kalo Otoritarianisme selalu gak bisa membawa maju kelompoknya? Masuk akal juga sih sebab bukan Otoritarianisme nya yang salah, tapi karena resikonya diletakkan pada satu orang itu tadi dan mencari satu orang yang memang bisa merangkul semuanya itu susah. Tapi kenapa kebanyakan yang memakai sistem Demokrasi kok keknya diliat lebih berhasil ya? Ya karena kalopun gagal gak keliatan bangetlah, alias gagalnya keliatan sedikit-sedikit gak langsung hancur gituh.

Balik lagi ke pertanyaan yang di awal, kira-kira nih untuk mengelola suatu kelompok atau organisasi kira-kira pilih yang model Demokrasi atau Otoritarianisme? Kalo kebutuhan dasarnya untuk kestabilan dalam kelompok atau organisasinya, keknya Demokrasi yang masuk akal.

Dan sebagai penutup. Apa di tempat mu Demokrasi udah berjalan dengan baik? Karena yang buruk bukanlah soal Demokrasi atau Otoritarianisme-nya, tapi bagaimana kita semua memilih manusia-manusia terbaik demi menentukan arah kelompok atau organisasinya untuk lebih baik lagi.

 

Khafaratul Majlis bersama-sama...🙏

 

 

 

Previous Post
Next Post

post written by:

Ada pepatah bilang begini : tak kenal maka tak sayang. Oleh karenanya marilah kita saling kenal untuk saling sayang, preet!

0 komentar: