*Catatan: Tulisan ini mungkin akan banyak mengambil referensi dari serial webinar yang tempo hari diselenggarakan oleh Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) kemendikbud-Ristek, kalo gak salah waktunya itu sekitar akhir Juni sampai bulan Juli 2020 deh. Atau bisa juga diliat jejak digitalnya di Channel Youtubenya “GTK Dikmen Diksus TV”, nah disitu ada serial webinarnya yang bisa teman-teman tonton. Enjoy....

 

Sekarang udah bisa kita liat dan rasakan bagaimana pandemi Covid-19 ini  telah berdampak di semua aspek kehidupan, termasuk pendidikan. Cara kita berinteraksi, berkomunikasi, serta banyak praktek keseharian lainnya telah berubah dan dipandu dengan beragam protokol kesehatan. Perubahan ini emang engga bisa kita hindari mengingat persebaran Covid-19 yang masih sangat masif, makanya Pemerintah mengambil kebijakan PPKM atau apapun itu istilahnya demi menekan penyebaran Covid-19 ini, ya syukur-syukur bisa terkendali lah.

Ohiya, dampak pandemi khususnya pada dunia pendidikan sekolah, sering kali melahirkan banyak permasalahan yang sudah bisa dirasakan oleh para peserta didik, guru, dan orang tua. Oleh karenanya kalo kata John Spencer, seorang praktisi pendidikan pernah bilang begini: ‘emang semua pendidik ahli di bidangnya, tapi dengan kondisi pandemi yang sedang terjadi kek gini, kita semua sebenernya adalah pemula’. 

Emang sih kita semua dihadapkan pada situasi atau tantangan yang engga pernah kita duga sebelumnya. Dimana guru harus berpikir keras serta berinovasi demi terwujudnya pembelajaran yang menarik dan bermakna, lalu peserta didik yang dituntut untuk menjadi pembelajar yang mandiri, disiplin, mampu memotivasi diri sendiri dan teman sebayanya. Belum lagi peran orang tua yang harus bisa menjadi pendidik di rumah. Dan lain-lain....

Tugas cukup berat “harusnya nih ya” juga dihadapi oleh pemimpin sekolah dalam masa pandemi ini : Pemimpin sekolah “harusnya nih ya” bisalah jadi dirijen dalam menjalin kolaborasi ke semua stakeholder pendidikan yang dalam masa pandemi ini punya peran yang lebih. Pemimpin sekolah “harusnya nih ya” bisa dong membaca perubahan-perubahan sosial akibat pandemi dan mampu mencarikan solusi yang terbaik. Pemimpin sekolah “harusnya nih ya” tau dong kalo setiap satuan pendidikannya boleh menggunakan opsi kurikulum 2013 kah, atau menggunakan kurikulum darurat kah, atau boleh juga kok melakukan penyederhanaan kurikulum secara mandiri. Pemimpin sekolah “harusnya nih ya” tau dong tentang Surat Edaran Sekjen Kemendikbud Nomor 15 Tahun 2020, tentang tujuan penyelenggaraan Belajar Dari Rumah (BDR) itu apa aja. Pemimpin sekolah “harusnya nih ya” paham dong terkait pemimpin merdeka belajar itu seperti apa dan bagaimana mengimplementasikannya. Pemimpin sekolah “harusnya nih ya” tau dong kalo konsep PJJ bukanlah kelas tatap muka yang bisa dipindahkan ke kelas online. Ahsudahlah.... itu cuma pengantar aja.

Ohiya, perlu di garis bawahi terkait fokus tulisan ini lebih kepada peran pemimpin sekolah atau langkah-langkah apa aja yang bisa dilakukan pemimpin sekolah dalam mengahadapi pendidikan pada masa wabah seperti saat ini.

Emang sih pandemi kek gini berhasil membawa pemimpin sekolah pada posisi barunya. Kalo dianalogikan begini: sebelum pandemi, para pemimpin sekolah ibaratnya lagi memimpin di kolam renang kecil belakang rumah. Nah, begitu pandemi, melemparkan mereka dari kolam renang ke lautan bebas yang tengah diterjang badai lagi wkwkwk.

Maksudnya adalah yang sebelumnya stabil, kini menjadi kacau. Yang sebelumnya bisa diprediksi, kini engga bisa diprediksi. Yang sebelumnya pemimpin sekolah bergantung kepada kebiasaan dan peraturan yang berlaku dalam mengambil keputusan, kini pemimpin sekolah menghadapi ketidakpastian, bener gak sih? Ditambah lagi ketidakpastian ini bisa aja menimbulkan tekanan hingga stress bagi para pemimpin sekolah. Nah kalo udah begini apa dong yang harus dilakukan pemimpin sekolah?

Yang pertama, menjadi pemimpin yang merdeka belajar seutuhnya. Sebenernya slogan merdeka belajar itu sudah lama loh ada, bahkan sebelum datangnya pandemi Covid-19. Nah begitu pandemi muncul, seiring dengan pembelajaran yang berubah, baru dah slogan merdeka belajar kembali booming dan harus bener-bener kita implementasikan kayaknya, apalagi di saat sekarang ini dimana proses pembelajaran yang sudah serba online, dinamis, dan cepat.

Keknya sebelum nantinya lebih jauh melakukan pengajaran ke peserta didik, pemimpin sekolah kudu tau, ngerti, dan paham dulu dah apa yang dimaksud pemimpin merdeka belajar itu. Kudu tau, ngerti, dan paham bagaimana cara mengimplementasikannya, kudu dirubah dulu pola pikirnya dari yang masih ‘model instructional laeder’ kepada pemimpin merdeka belajar, misal menjadi fasilitator pembelajaran salah satunya.

Nah terkait pengertian merdeka belajar itu apa sih??? Merdeka belajar itu bisa diartikan lebih kepada mereka yang selalu merefleksikan, menyesuaikan pemikiran dan perbuatannya terhadap perubahan sekitar dalam upaya mencapai tujuan, bisa juga selalu melakukan evaluasi diri, melihat kelebihan dan kekurangan diri, termasuk mencermati dengan baik situasi yang terjadi pada peserta didik, khususnya pada masa Belajar Dari Rumah. Dan ini biasanya dilakukan oleh guru sih.[1] Atau gampangnya begini, pemimpin merdeka belajar adalah pemimpin yang bisa mengatur sendiri proses belajarnya sesuai kebutuhannya sebagai seorang pemimpin.[2]

Ohiya, biasanya untuk melihat atau membuktikan apakah seseorang udah termasuk ke dalam pemimpin merdeka belajar atau belum itu gampang. Bisa diliat dari ciri-cirinya, kalo pemimpin sekolah yang belum merdeka belajar biasanya memandang situasi pendidikan pada masa wabah ini dengan cara mengeluh, merasa kehilangan acuan lama, mengalami kebingungan dalam menentukan prioritas, engga mampu berkreasi menemukan cara baru, lalu kesulitan merefleksikan hal-hal esensial dari proses pembelajarannya.

Berbeda dengan pemimpin sekolah merdeka belajar, tantangannya lebih kepada tinggal memilih atau menggali pilihan strategi dan cara yang mungkin dilakukan serta memutuskan yang paling realistis dan esensial dari sumber daya yang ada. Mereka juga memandang situasi ini sebagai tantangan yang mendorong mereka untuk lebih kreatif mencari berbagai alternatif solusi. Ciri  berikutnya bagi pemimpin sekolah merdeka belajar adalah mereka komitmen pada tujuan, mandiri, dan senantiasa melakukan refleksi.

Cara lain yang tak kalah penting untuk bisa menjadi pemimpin sekolah yang merdeka belajar adalah dengan cara memberikan pembelajaran atau tugas-tugas yang sifatnya esensial serta bermakna. Maksudnya adalah pembelajaran yang mengaitkan kompetensi dasar dengan kehidupan peserta didik, sehingga peserta didik merasa oh pembelajaran tersebut memiliki makna baginya.

Yang kedua, mampu membaca kurva perubahan. Kemampuan membaca perubahan sangatlah penting bagi setiap pemimpin sekolah. Biasanya ada empat tahapan respon seseorang terhadap perubahan: (1) seseorang akan cenderung terkejut dan menyangkal adanya perubahan. (2) seseorang cenderung merasa takut dan marah terhadap perubahan. (3) seseorang cenderung bersikap rasional, mempertimbangkan fakta dan pada akhirnya menerima. (4) seseorang kalo udah mau menerima, maka orang tersebut akan berkomitmen atau terlibat dalam perubahan tersebut.

Emang sih selama masa pandemi, proses pembelajaran jadi sangat dinamis dan gampang berubah. Sebab perubahan engga bisa diukur pake program kerja statis tahunan, semesteran, apa lagi triwulan. Program kerja bisa berubah menjadi bulanan, mingguan, bahkan harian.  Oleh karenanya, pemimpin sekolah kudu punya kemampuan membaca setiap perubahan apa yang akan terjadi ke depannya dengan cepat dan tepat, serta mampu merubah diri dan menyesuaikan dengan cepat pada kondisi dan kebutuhan yang ada.

Yang ketiga, jadikan pandemi sebagai momen sama-sama belajar. Bagi pemimpin merdeka belajar, setiap momen apapun itu adalah momen belajar, termasuk di saat pandemi sekarang ini. Kalo bingung dan ragu itu wajar, saya penulis, dan mungkin semua pemimpin sekolah di penjuru dunia juga mengalami hal yang sama, yaitu kebingungan dan keraguan. Tetapi  tetap jadikan pembelajaran peserta didik sebagai prioritas, pastikan waktu dan energi kita fokus untuk memastikan pembelajaran bisa berlangsung efektif.

Udah lah cukup segitu aja, kalo ada tambahan atau saran, silakan taro di kolom komentar di bawah yaa. Terima kasih yang udah pada baca, semoga ada manfaatnya, aamiin....

 

 

 

Khafaratul Majlis bersama-sama...🙏

 

 

 



[1] Praptono, “Pendidikan Pada Masa wabah, Tantangan Baru Bagi Sekolah, Guru, dan Orang Tua”, Pendahuluan, hlm. 1-2

[2] Bukik Setiawan, “Pemimpin Merdeka Belajar: Mengatasi Tantangan Pandemi Covid-19”, hlm. 123

 

Previous Post
Next Post

post written by:

Ada pepatah bilang begini : tak kenal maka tak sayang. Oleh karenanya marilah kita saling kenal untuk saling sayang, preet!

0 komentar: